Departemen Keamanan AS menantang para hacker untuk meretas situs-situs milik departemen pemerintahan yang berpusat di Pentagon. Dengan cara seperti ini, hacker tersebut diharapkan dapat membantu menemukan kelemahan dalam sistem keamanan cyber milik pemerintah.
Program peretasan oleh publik ini dijalankan oleh Defense Digital Service.
Hack the Pentagon, nama program peretasan itu, didesain mirip dengan program bug bounty yang dijalankan oleh beberapa raksasa teknologi, seperti Google dan Facebook.
Program seperti ini dapat membantu ahli keamanan untuk menemukan dan mengindentifikasi masalah sebelum penjahat cyber dapat memanfaatkan celah tersebut.
"Saya yakin bahwa inisiatif inovatif ini dapat memperkuat pertahanan digital kami dan meningkatkan keamanan nasional," ujar Menteri Pertahanan AS Ash Carter, sebagaimana KompasTekno rangkum dari Reuters, Kamis (3/3/2016).
Carter mengatakan bahwa sekarang merupakan saat yang tepat untuk mempelajari praktik-praktik terbaik dari industri, salah satunya melalui bug bounty ini.
"Kami tidak bisa melakukan semua hal yang dilakukan saat ini. Dunia berubah terlalu pesat. Kompetitor berubah terlalu cepat," katanya lagi.
DJ Patil, Chief Data Scientist Gedung Putih, berkata bahwa tantangan peretasan itu merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mengamankan jaringan saat software sudah luar biasa kompleks dan sulit untuk diuji.
Patil menambahkan, apabila proyek yang dikerjakan oleh Pentagon ini berhasil, bukan tidak mungkin departemen lain mengikuti langkah tersebut.
Sayangnya, tidak semua orang bisa mengikuti program peretasan ini. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti peserta haruslah warga negara AS dan bersedia untuk menjalani pemeriksaan latar belakang.
Pentagon juga menyatakan, mereka tidak akan mengikutsertakan jaringan-jaringan sensitif dan informasi yang terkait dengan senjata utama milik AS dalam program Hack the Pentagon ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar